ayo follow me

Jumat, 12 April 2013

DI TITIK NOL




Trima kasih waktu yg tlah membawaku pd titik ini
yg mengajariku bagaimana  arti hidup yg sebenarnya
yg mengoyak & jg memulihkan walau  kadang tak sepenuhnya utuh
begitu banyak yg telah sirna hilang dlm kesenyapan
tak sedikit pula yg terengkuh erat dalam dekapan

bersama sang waktu mencoba menata semuwa yg ada
mengerti, memaknai, dan menjalani kehidupan
menata puing-puing yang terserak
menyusun serpihan yang tercecer
satu persatu hingga membentuk mozaik kehidupan 

waktu tlah menggiringku menuruni lereng & lembah, menyusuri lorong penuh liku
dalam diam, tanpa kata, tanpa keluhan
waktu yang telah bersamaku menapaki terjalnya karang padas
tuk meraih sebuah kehidupan yg lebih berarti
waktu yang telah mengantarku dari titik nol
hingga aku lebih dewasa

DESAIN RUMAH TAHAN GEMPA


Beberapa waktu yang lalu tepatnya tgl 27.03.13 pkl 00.23.59 kita dikejutkan (lagi) dengan  terjadinya gempa dengan kekutan 5.6 SR pada kedalaman 50 km dengan pusat gempa berada di darat 25 km Timur Laut Sumba Timur. Kita sangat bersyukur karena akibat yang ditimbulkan tidak berakibat fatal baik pada manusia maupun harta benda. Berdasarkan laporan,  kerugian yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Namun demikian kita harus tetap waspada karena kejadian tersebut dapat kembali terulang kapan saja, karena hingga saat ini belum ada satu teknologi maupun ahli yang mampu memberikan kepastian secara tepat dan akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi. 
foto : www.tabloidbintang.com

Cara yang dapat kita lakukan adalah bagaimana mengantisipasi dan merespon jika sewaktu-waktu terjadi gempa lagi untuk meminimalisir kerugian material serta korban jiwa (mitigasi). Bangunan gedung sebagai salah satu pusat aktivitas kegiatan manusia merupakan infrastruktur yang menjadi titik perhatian utama,  karena jika kita tidak mempertimbangkan secara baik konsep desain dalam perencanaan dan perancangannya maka akan beresiko tinggi terhadap keselamatan manusia maupun harta benda yang ada.
Gempa bukan bencana yang mematikan, bangunan yang buruklah yang membunuh manusia.
“Earthquake did not kill people, the bad building did it”.
 foto : http://inmternationalprotectiononsulting.com
Berbicara  tentang Konsep Dasar Desain Bangunan Tahan Gempa, artinya kita berbicara tentang kemampuan Bangunan untuk merespon gempa yang terjadi dengan sifat daktilitas-nya untuk bertahan dari keruntuhan, karena memiliki fleksibilitas yang cukup dalam meredam getaran akibat gempa.
Yang harus dipahami pula adalah bahwa Bangunan Tahan Gempa bukanlah bangunan yang tidak bisa rusak karena gempa, tetapi yang dimaksudkan adalah  Bangunan yang memenuhi persyaratan sistem dan detail teknis konstruksi yang praktis serta sesuai dengan standard yang berlaku (berdasarkan SNI untuk bangunan di Indonesia).

KONSEP DASAR
Pada prinsipnya sebuah bangunan haruslah didesain agar seluruh elemen strukturnya merupakan satu kesatuan yang utuh, hal ini dapat diwujudkan dalam perencanaan pada setiap sambungannya / joint haruslah kuat dengan menggunakan material dan aplikasi yang tepat.


PRINSIP UTAMA
1.     Denah
Sebaiknya denah bangunan dibuat sesederhana mungkin dan simetris. Dengan demikian bangunan akan memiliki kekuatan yang lebih merata  dalam meredam gaya horizontal, serta mengurangi efek torsi.
2.     Material Bangunan
Penggunaan bahan material bangunan sebaiknya menggunakan material yang seringan mungkin karena besarnya beban inersia gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan. pasangan dinding batu potong  menghasiIkan beban gempa sebesar minimal 15 x beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu.
3.     Sistem Konstruksi
Pada tiap-tiap elemen struktur, gaya inersia gempa harus dapat disalurkan kepada struktur utama peredam gaya honisontal yang kemudian meneruskan gaya-gaya ini ke pondasi dan selanjutnya diteruskan ke tanah. Struktur utama penahan gaya horizontal harus bersifat elastis. Karena, jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas secara tiba-tiba tidak akan terjadi (bangunan tidak colaps secara tiba-tiba).


HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MEMBANGUN

1.     STRUKTUR PONDASI
Pondasi adalah bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah untuk menahan gaya tarik vertikal dan gaya tekan dari dinding, dan berperanan penting untuk memindahkan beban gempa dari dinding ke tanah. Diatasnya diletakkan sloof yang berfungsi untuk menerima gaya geser dan momen lentur sebagai jalur Iintasan gaya terakhir sebelum gaya-gaya tersebut mencapai tanah.
 gambar : blog.unicom.co.id
Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras. Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 65 – 75 cm. Pasangan batu gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai dipasang. Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak antara 0.5 - 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter  12 mm dengan panjang 20 -25 cm. diharapkan jika terjadi gempa ikatan antara pondasi dan sloof tidak mudah lepas. Bentuk pondasi harus dibuat simetris.

 2.     STRUKTUR DINDING
Gaya-gaya aksiaI dalam ring balok harus ditahan oleh dinding. Pada dinding batu potong gaya-gaya ditahan oleh gaya tekan diagonal yang diuraikan menjadi gaya tekan dan gaya tarik. Gaya aksiaI yang bekerja pada ring balok juga dapat menimbulkan gerakan berputar pada dinding. Putaran ini ditahan oleh berat sendiri dinding, berat atap yang bekerja diatasnya dan ikatan sloof ke pondasi.
Dinding harus mampu menahan beban gempa yang searah dengan bidang dinding, maka dinding juga harus mampu menahan gempa dalam arah yang tegak lurus bidang dinding.
Dengan alasan ini maka dinding batu potong (tanpa tulangan) harus diperkuat dengan kolom praktis dengan jarak yang cukup dekat. Sebagai pengganti kolom praktis ini dapat dipakai tiang kayu
Dinding disatukan dengan kolom maupun sloof, dengan mempergunakan angker yang dipasang pada jarak 0.3 meter. Untuk pengaku dinding digunakan pengikat silang untuk mengatasi adanya gaya horisontal akibat gempa, Setiap bukaan pada dinding : pintu, jendela harus dipasang balok lintel/latei.
gambar : Teddy Boen dan Rekan, DR.,Ir, Yuskar Lase

3.     STRUKTUR ATAP
Batang pengaku (bracing) pada struktur atap digunakan untuk menahan beban gempa. Dengan catatan bahwa pengaku ini harus merupakan sistim menerus sehingga semua gaya dapat dialirkan melalui batang-batang pengaku tersebut. Gaya-gaya tersebut kemudian dialirkan ke ring balok.
gambar : sanggapramana.wordpress.com

Hubungan antara batang pada konstruksi atap membentuk segi tiga agar terjaga stabilitasnya. Batang pengaku digunaan agar hubungan antara kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lainnya tetap stabil. Untuk menghindari terjadinya lendutan maka sambungan antar batang horisontal jangan terletak pada titik buhul, baik  pada sambungan tarik maupun sambungan tekan.

Semoga bermanfaat, selamat membangun...:)