ayo follow me

Rabu, 03 April 2013

ARSITEKTUR VERNAKULAR SUMBA, APRESIASI BUDAYA PULAU SERIBU MENARA

ARSITEKTUR VERNAKULAR SUMBA, APRESIASI BUDAYA PULAU SERIBU MENARA

Berbicara tentang Sumba pasti selalu dikaitkan dengan Kuda sandalwood-nya yang terkenal, namun disini saya tidak ingn berbicara tentang kuda Sumba, apalagi soal susu kuda liarnya.
 
foto : joup.coan-island-not-a-dance.jpg
saya lebih tertarik untuk membahas tentang Arsitektur Vernacular Sumba karena salah satu daya tarik Sumba buat saya adalah hamparan menara – menara rumah sumba yang terlihat berderet dan menjulang dari kota hingga seluruh pelosok, dari pesisir, lembah dan padang terbuka hingga puncak-puncak bukit. Sebuah pemandangan yang mungkin bagi orang lain adalah hal yang biasa saja tapi menurut saya ini sesuatu yang sangat menakjubkan, sebuah hasil karya dari sebuah kebudayaan yang telah berumur ratusan bahkan mungkin ribuan tahun yang masih bisa dipertahankan. Bagi saya inilah PULAU SERIBU MENARA, sebuah julukan lain yang pantas untuk PULAU SANDALWOOD.

                                          foto : :paraimajangga.blogspot.com.jpg
Tentu bagi mereka yang  awam dengan arsitektur istilah Vernakular masih terasa asing, berbeda dengan mereka yang bergelut dalam bidang arsitektur  istilah tersebut sudah sangat familiar karena merupakan bagian dari pengetahuan yg diperoleh di bangku kuliah, apalagi bagi mereka yang mendalami aliran  arsitektur purna modern. sebelum saya menceriterakan sedikit tentang arsitektur vernakular sumba ada baiknya jika saya menjelaskan secara singkat apa istilah arsitektur vernacular tersebut.
                                          foto : sumbaadventure.comgallery.html.jpg
Turan Mete, Vernacular Architecture, 1990., menyebutkan Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya transformasi.
Menurut Sonny Susanto,  dosen arsitek pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia mengatakan bahwa arsitektur vernakular merupakan bentuk perkembangan dari arsitektur tradisional, yang mana arsitektur tradisional masih sangat lekat dengan tradisi yang masih hidup, tatanan kehidupan masyarakat, wawasan masyarakat serta tata laku yang berlaku pada kehidupan sehari-hari masyarakatnya secara umum.

Sejarah Arsitektur Vernakular Sumba 

Dalam berbagai tulisan dan penelitian tentang rumah Sumba dikatakan  jika pembangunan rumah sumba dipercaya merujuk pada tradisi arsitektur Austronesia, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ekspansi budaya Austronesia yg mempengaruhi hampir seluruh rumah tradisional di Indonesia. Pengaruh tradisi Austronesia pada berbagai rumah tradisional di Indonesia adalah memiliki kesamaan bentuk, baik dari bentuk bangunan serta dari bentuk morfologis struktur dasarnya dimana terdiri atas dua macam, yaitu rumah tradisional yang dibangun berdasarkan prinsip tipikal tradisi arsitektural Austronesia kuno yaitu: struktur kotak yang didirikan di atas tiang fondasi kayu, dapat ditanam kedalam tanah atau diletakkan di atas permukaan tanah dengan fondasi batu, lantai panggung, atap miring dengan jurai yang diperpanjang dan bagian depan atap yang condong mencuat keluar [artikel ’The House in Indonesia’, Peter Nas]. Sedangkan di bagian timur kepulauan Indonesia banyak tipe rumah tradisional digolongkan sebagai bagian dari tradisi arsitektur vernakular, dimana pada bentuk bangunannya biasanya memiliki: lantai berbentuk lingkaran dan berstruktur atap kerucut tinggi seperti bentuk sarang tawon atau struktur atap berbentuk kubah elips [Ade Sahroni ,Puslitbang Arkenas].

                                           
foto : sumbaadventure.comgallery.html

Bahan dan Sistem Struktur
 
Bahan utama yang digunakan adalah material yang diambil langsung dari lingkungan alaminya antara lain kayu, bambu, alang-alang, tali hutan/rotan, dan serat tanaman lainnya. Kayu  secara dominan sebagai struktur utama rangka bangunan, digunakan sebagai tiang (kolom) penyangga. struktur rangka utama rumah Sumba adalah pada empat buah tiang utama (pari’i) yang berada pada bagian tengah bangunan sebagai inti strukturnya. Keempat tiang tersebut diletakkan diatas batu sebagai tumpuan sendi.
               foto : theproffmag.com-Sumba-Photograph-by-Yori-Antar-46.jpg


Kayu yang digunakan sebagai tiang utama adalah jenis kayu tertentu berusia puluhan hingga ratusan tahun yang diperoleh dari hutan, yang dimensinya disesuaikan dengan besar atau kecilnya rumah yang akan dibangun, Untuk lantai, bale-bale, dinding serta rangka atap digunakan bambu, sedangkan penutup atap menggunakan alang-alang.


                                          foto : farm8.static.flickr.com.jpg
Bahan pengikat dan penyambungan seluruh element struktur menggunakan tali hutan/rotan atau serat pohon,.
                                          foto : pics.lockerz.com
fungsi


Bagi masyarakat sumba rumah bukan saja berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca yg ektrem (shelter), namun  lebih dari itu rumah dipandang sebagai tempat bersemayam nenek moyang sebagai tempat melaksanakan ritual dan upacara Marapu (kepercayaan asli masyarakat sumba) untuk menghormati arwah nenek moyang, serta sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka nenek moyang yang dikeramatkan, juga untuk menyimpan persediaan bahan makan (bibit tanaman).

Pola tata ruang

System tata ruang dalam rumah Sumba dapat dibagi atas tata ruang vertical dan horizontal, secara vertical rumah Sumba dibagi atas tiga, dimana pada ruang paling bawah (kolong) merupakan tempat untuk hewan ternak peliharaan, pada bagian diatas kolong  adalah tempat buat penghuninya, dan pada bagian atas (loteng/menara) adalah untuk menyimpan benda pusaka/keramat. Secra horizontal ruang-ruang utama terdiri dari katonga sebagai tempat menerima tamu, koro sebagai kamar tidur, rabuka tempat memasak/perapian yg terletak di tengah bangunan. Sedangkan pola sirkulasi dalam bangunan menggunakan dua buah pintu yang semuanya berada pada sisi depan rumah dimana pintu pada sebelah kiri merupakan pintu yang hanya boleh dilewati oleh kaum lelaki/tamu, sedangkan sisi yang lainnya adalah pintu untuk kaum wanita. Rumah Sumba tidak memiliki Jendela

Letak dan Pola Tata Massa

Rumah sumba umumnya ditemukan dalam kelompok perkampungan, dimana rumah-rumah dalam kampung tersebut adalah  kumpulan dari satu atau beberapa sub suku (kabihu), yang memiliki sub bahasa dan dialektika yang sama. Perkampungan Sumba tersebar dan terletak sesuai kondisi goegrafis dimana kampung tersebut berada, baik itu di tanah lapang/ padang, pucak bukit ataupun di lembah, di daerah pedalaman maupun di pesisir pantai.
 
httpwww.lomboktravelagent.com
Pola tata massa rumah Sumba diatur secara linier dan berada dalam  pagar batas dari susunan batu tanpa perekat/pengikat yang tingginya bervariasi.  Memiliki satu atau dua pintu masuk yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan aktifitasnya. setiap bangunan berorientasi pada sebuah ruang terbuka bersama yang digunakan sebagai area public atau dalam bahasa Sumba dikenal dengan istilah Natara, dimana pada area ini sering digunakan sebagai salah satu tempat upacara/ritual adat atau sebagai tempat meletakkan batu kubur.

Penutup

Tulisan tentang arsitektur vernacular sumba ini hanyalah sebuah penggambaran umum sebagai pengenalan , belum seluruhnya bisa disajikan secara mendetail dan lengkap,  di lain waktu akan dibahas  lebih terperinci lagi termasuk proses, element2, makna, symbol dan dekoratifnya,,,












Tidak ada komentar:

Posting Komentar