Setiap kita
tentu menginginkan tinggal pada sebuah kota yang secara fisik mampu memberikan
kelayakan dan kenyamanan terbaik buat melayani semua aktivitas penghuninya.
Hampir semua kota di dunia memiliki permasalahan dalam menata dan mendesain
ruang kota agar dapat memberikan kelayakan bagi penghuninya. Kompleksitas
permasalahan dan pemecahannya tentu setiap kota berbeda-beda, sangat bergantung
dari faktor demografi, ekonomi, kultur,
geografi, dll.
Kota dan perkembangan fisiknya
Kota terbentuk sebagai fungsi dari aktifitas manusia yang luas dan kompleks
yang terakumulasi dari
waktu ke waktu.
Disisi lain kota
dapat dipandang juga sebagai
bentukkan fisik buatan manusia (urban artefact) dalam skala besar yang
terbentuk dan terakumulasi dari waktu ke waktu pula. Elemen-elemen fisik
tersebut terbentuk karena adanya fungsi-fungsi kegiatan yang berlangsung dalam
suatu kota, kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa suatu mekanisme ekonomi
seperti pusat perbelanjaan, toko, pusat perkantoran, tempat hiburan, tempat
keagamaan, tempat sosial dan sebagainya (Aldo Rossi, 1982) Kota juga
tidak tumbuh dalam bentuk fisik saja tetapi juga tumbuh bersamaan dengan
masyarakatnya (Spreiregen, 1985).
Menurut
Aldo Rossy (1982), kawasan dalam kota itu sendiri terbentuk karena adanya
konsentrasi elemen-elemen fisik spatial yang selalu tumbuh dan berkembang
karena adanya interaksi aktifitas manusia yang terakumulasi pada satuan waktu
yang tidak terbatas.
Perencanaan dan Perancangan Kota
Dalam mewujudkan
Waikabubak sebagai suatu kota kabupaten yang
membentuk kesatuan sistem organisasi, maka perlu sebuah proses perencanaan
maupun perancangan yang terpadu. Waikabubak tidak cukup hanya direncanakan saja
tanpa dirancang karena perancangan kota
merupakan jembatan antara perencanaan kota yang bersifat dua dimensi dengan
perancangan arsitektural, sebagai suatu proses dan produk hasil rancangan yang berfungsi
sebagai alat untuk mewujudkan suatu lingkungan binaan yang berkualitas, dalam mengelola perkembangan dan pertumbuhan kota. Perancangan kota Waikabubak dilakukan untuk meminimalkan ataupun
mencegah permasalahan yang biasanya selalu timbul karena dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor seperti perubahan sikap,
trend, maupun gaya hidup masyarakat.
Permasalahan dan Pemecahannya
Dari
sekian banyak permasalahan perkotaan di Waikabubak, ada beberapa konsep yang dapat digunakan
sebagai cara untuk dijadikan sebagai konsep dasar dalam mendesain sebuah kota
yang layak dan memenuhi persyaratan untuk dihuni. Beberapa permasalahan yang bisa kita jumpai di Waikabubak yang
berkaitan dengan kondisi element fisik urban-nya dapat ditinjau melalui rancangan kota
menurut Hamid Shirvani dalam “Urban Design Process”, dimana Elemen fisik
kota Waikabubak sebagai kerangka analisis sebagai berikut:
1.
Penggunaan
lahan (land use).
Merupakan
elemen pokok desain perkotaan, dimana tata guna lahan menentukan dasar perencanaan dalam dua
demensi bagi terlaksananya ruang tiga demensi.
sumber foto : jamkumpul.blogspot.com
Perencanaan
fungsi lahan antara
setiap aktivitas kegiatan
yang satu dengan yang lain dalam
satu lingkungan fisik alamiah dan infrastruktur dalam satu operasional dan
pemeliharaan yang lancar. Pengelompokkan fungsi lahan sesuai aktivitas
merupakan cara untuk menciptakan kualitas lingkungan yang lebih baik melalui
mekanisme pengendalian yang praktis. Penerapan Zoning ordinace akan menciptakan
keserasian antar bangunan maupun dengan lingkungan. Fungsi dan ragam aktifitas warga
kota Waikabubak dapat dikelompokkan
diantaranya dalam penentuan zona pendidikan, permukiman, industry, kesehatan,
perdagangan, perkantoran dll.
2.
Bentuk
dan massa bangunan (building form and
massing).
Pada bentuk dan
massa bangunan ditekankan pada floor area ratio (FAR), koefisien dasar bangunan
(KDB), set back dari garis jalan, gaya bangunan, skala/proporsi, bahan dan
warna agar menghasilkan bangunan yang berhubungan secara
harmonis dengan bangunan
disekitarnya.
sumber foto : www.tripmondo.com
Penekanan pada
bentuk dan massa bangunan di Waikabubak akan menampilkan keteraturan dan
kenyaman sebuah lingkungan.
3.
Sirkulasi
dan parkir (circulation and parking).
Elemen sirkulasi
adalah salah satu aspek pergerakan yang kuat dalam membentuk struktur
lingkungan perkotaan.
Tiga
prinsip utama dalam mengatur teknis-teknis sirkulasi :
a.
Visual, jalan harus menjadi ruang terbuka yang memiliki
dampak visual positip
b.
Orientasi, jalan harus dapat memberikan kepada
pengemudi dan membuat lingkungan menjadi jelas terbaca.
c.
Sektor publik
dan privat
harus terpadu dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
sumber foto : www.lostpacker.com
Dalam konteks
urban adalah semua jalan, jalur pejalan kaki, taman-taman, seperti elemen
elemen terbuka (bangku, pohon,
lampu, patung, jam dan lain-lain), termasuk bangunan-bangunan disekitarnya
serta hubungan antara ruang terbuka umum dan ruang terbuka pribadi.
5.
Jalur
pejalan kaki (pedestrian ways).
Merupakan elemen inti dari urban desain dan bukan hanya
bagian dari estetika. Sistim pejalan kaki yang baik mengurangi ketergantungan
dari kendaraan bermotor dalam areal perkotaan.
Pengalaman berjalan merupakan
kriteria dalam perancangan pejalan kaki, yaitu : aman, nikmat, senang, nyaman
dan menarik.
6.
Pendukung Kegiatan ( activity support ).
Dukungan
aktivitas meliputi semua penggunaan dan kegiatan yang membantu memperkuat
ruang-ruang umum diperkotaan,karena aktivitas dan ruang-ruang fisik selalu merupakan pelengkap satu sama lain. Bentuk , lokasi dan karakteristik
sebuah daerah tertentu akan mengundang fungsi pemakaian dan aktivitas tertentu
pula. Pada gilirannya, sebuah aktivitas
cenderung mencari tempat yang paling
mampu memenuhi syarat–syarat yang dibutuhkan demi berlangsungnya aktivitas
tersebut. Saling ketergantungan antara ruang dan kegunaannya adalah elemen
penting dalam perencanaan kota.
7. Penandaan (signase).
Dalam
tata informasi dari sudut pandang desain perkotaan, ukuran dan kualitas desain
dari papan reklame pribadi diatur untuk menciptakan keserasian, mengurangi
dampak negatif visual
dan dalam waktu
yang bersamaan menghapuskan kebingungan serta persaingan
dengan rambu-rambu lalulintas dan publik yang memang diperlukan.
8. Pemeliharaan (preservation).
Dalam
perencanaan kota, usaha pemeliharaan ini harus mampu memberikan
perlindungan bagi tempat-tempat dikota
dan sekitarnya yang sudah ada (lapangan terbuka, taman, plaza, daerah
perbelanjaan, dan sebagainya) selain bangunan dan tempat-tempat bersejarah.
sumber foto : muslimtravelergirl.blogspot.com
Penutup
Waikabubak
sebagai ibu kota kabupaten Sumba Barat – NTT sedang dan terus dalam proses
berbenah diri dan agar mampu menciptakan suatu lingkungan urban yang bisa
memberikan suasana penuh kenyamanan buat penghuninya. Perencanaan dan
perancangan element fisik kota yg baik akan menciptakan kualitas lingkungan
perkotaan yang layak sebagai tempat hidup dan beraktifitas yang nyaman buat
warganya. Untuk itu diperlukan sebuah terobosan, kreatifitas dari para pengambil
keputusan dalam menerapkan kebijakan pembangunan kota Waikabubak yang lebih
agresif. Demikian pula masyarakat harus mengerti dalam menjalankan kewajiban
sebagai warga kota yang baik, tidak sekedar menjadi masyarakat kota saja tetapi
benar-benar menjadi warga kota (citizen) yang turut menghadirkan
kenyamanan lingkungan perkotaan. Partisipasi aktif warga kota Waikabubak
diharapkan turut dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawas pembangunan kota
sebagai unsur strategis dalam berperan untuk ikut terlibat mengubah dan
merumuskan kebijakan publik pengembangan perkotaan. Pemerintah dan masyarakat
harus bersatu dan bersinergis dalam mewujudkan Waikabubak yang Livable.
Selamat berbenah Waikabubak.
iseng browsing tentang waikabubak......, tiba tiba ada nama dapadeda... wait saya tau nama ini... ternyata sahabat saya bung dedi yang buat.... mantap bro..
BalasHapusmaksh sdh mampir di blog saya :)
Hapus