ayo follow me

Minggu, 05 Mei 2013

WAIKABUBAK : TANTANGAN MENUJU KOTA LAYAK HUNI



Setiap kita tentu menginginkan tinggal pada sebuah kota yang secara fisik mampu memberikan kelayakan dan kenyamanan terbaik buat melayani semua aktivitas penghuninya. Hampir semua kota di dunia memiliki permasalahan dalam menata dan mendesain ruang kota agar dapat memberikan kelayakan bagi penghuninya. Kompleksitas permasalahan dan pemecahannya tentu setiap kota berbeda-beda, sangat bergantung dari faktor demografi, ekonomi,  kultur, geografi, dll. 

Kota dan perkembangan fisiknya
Kota terbentuk sebagai fungsi dari  aktifitas manusia yang luas dan kompleks yang  terakumulasi  dari  waktu  ke  waktu.  Disisi  lain  kota  dapat dipandang  juga sebagai bentukkan fisik buatan manusia (urban artefact) dalam skala besar yang terbentuk dan terakumulasi dari waktu ke waktu pula. Elemen-elemen fisik tersebut terbentuk karena adanya fungsi-fungsi kegiatan yang berlangsung dalam suatu kota, kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa suatu mekanisme ekonomi seperti pusat perbelanjaan, toko, pusat perkantoran, tempat hiburan, tempat keagamaan, tempat sosial dan sebagainya (Aldo Rossi, 1982) Kota juga tidak tumbuh dalam bentuk fisik saja tetapi juga tumbuh bersamaan dengan masyarakatnya (Spreiregen, 1985).
Menurut Aldo Rossy (1982), kawasan dalam kota itu sendiri terbentuk karena adanya konsentrasi elemen-elemen fisik spatial yang selalu tumbuh dan berkembang karena adanya interaksi aktifitas manusia yang terakumulasi pada satuan waktu yang tidak terbatas.


Perencanaan dan Perancangan Kota
Dalam mewujudkan  Waikabubak sebagai suatu kota kabupaten yang membentuk kesatuan sistem organisasi, maka perlu sebuah proses perencanaan maupun perancangan yang terpadu. Waikabubak tidak cukup hanya direncanakan saja tanpa dirancang karena  perancangan kota merupakan jembatan antara perencanaan kota yang bersifat dua dimensi dengan perancangan arsitektural, sebagai suatu proses dan produk hasil rancangan yang berfungsi sebagai alat untuk mewujudkan suatu lingkungan binaan yang berkualitas, dalam mengelola perkembangan dan pertumbuhan kota. Perancangan kota Waikabubak dilakukan untuk meminimalkan ataupun mencegah permasalahan yang biasanya selalu timbul karena dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti perubahan sikap, trend, maupun gaya hidup masyarakat.


Permasalahan dan Pemecahannya
Dari sekian banyak permasalahan perkotaan di Waikabubak,  ada beberapa konsep yang dapat digunakan sebagai cara untuk dijadikan sebagai konsep dasar dalam mendesain sebuah kota yang layak dan memenuhi persyaratan untuk dihuni. Beberapa permasalahan  yang bisa kita jumpai di Waikabubak yang berkaitan dengan kondisi element fisik urban-nya dapat ditinjau melalui rancangan kota menurut Hamid Shirvani dalam “Urban Design Process”, dimana Elemen fisik kota Waikabubak sebagai kerangka analisis sebagai berikut:


1.      Penggunaan lahan (land use).
Merupakan elemen pokok desain perkotaan, dimana tata guna lahan  menentukan dasar perencanaan dalam dua demensi bagi terlaksananya ruang tiga demensi. 
 sumber foto : jamkumpul.blogspot.com

Perencanaan fungsi   lahan   antara   setiap aktivitas kegiatan   yang  satu dengan yang lain dalam satu lingkungan fisik alamiah dan infrastruktur dalam satu operasional dan pemeliharaan yang lancar. Pengelompokkan fungsi lahan sesuai aktivitas merupakan cara untuk menciptakan kualitas lingkungan yang lebih baik melalui mekanisme pengendalian yang praktis. Penerapan Zoning ordinace akan menciptakan keserasian antar bangunan maupun dengan lingkungan. Fungsi dan ragam aktifitas warga kota Waikabubak  dapat dikelompokkan diantaranya dalam penentuan zona pendidikan, permukiman, industry, kesehatan, perdagangan, perkantoran dll.


2.      Bentuk dan massa bangunan (building form and massing).
Pada bentuk dan massa bangunan ditekankan pada floor area ratio (FAR), koefisien dasar bangunan (KDB), set back dari garis jalan, gaya bangunan, skala/proporsi, bahan dan warna agar menghasilkan bangunan yang berhubungan   secara   harmonis  dengan  bangunan  disekitarnya. 
                                         sumber foto : www.tripmondo.com

Penekanan pada bentuk dan massa bangunan di Waikabubak akan menampilkan keteraturan dan kenyaman sebuah lingkungan.  

3.      Sirkulasi dan parkir (circulation and parking).

Elemen sirkulasi adalah salah satu aspek pergerakan yang kuat dalam membentuk struktur lingkungan perkotaan.
Tiga prinsip utama dalam mengatur teknis-teknis sirkulasi :
a.       Visual, jalan harus menjadi ruang terbuka yang memiliki dampak visual positip
b.      Orientasi, jalan harus dapat memberikan kepada pengemudi dan membuat lingkungan menjadi jelas      terbaca.
c.       Sektor publik dan privat harus terpadu dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
4.      Ruang Terbuka ( open space ).

sumber foto : www.lostpacker.com
Dalam konteks urban adalah semua jalan, jalur pejalan kaki, taman-taman, seperti  elemen  elemen  terbuka (bangku, pohon, lampu, patung, jam dan lain-lain), termasuk bangunan-bangunan disekitarnya serta hubungan antara ruang terbuka umum dan ruang terbuka pribadi.


5.      Jalur pejalan kaki (pedestrian ways).
Merupakan elemen inti dari urban desain dan bukan hanya bagian dari estetika. Sistim pejalan kaki yang baik mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal perkotaan.
Pengalaman berjalan merupakan kriteria dalam perancangan pejalan kaki, yaitu : aman, nikmat, senang, nyaman dan menarik.


6.      Pendukung Kegiatan ( activity support ).
Dukungan aktivitas meliputi semua penggunaan dan kegiatan yang membantu memperkuat ruang-ruang umum diperkotaan,karena aktivitas dan ruang-ruang fisik selalu merupakan pelengkap satu sama lain.     Bentuk ,  lokasi  dan karakteristik sebuah daerah tertentu akan mengundang fungsi pemakaian dan aktivitas tertentu pula. Pada  gilirannya, sebuah aktivitas cenderung mencari tempat  yang   paling  mampu  memenuhi   syarat–syarat  yang dibutuhkan demi berlangsungnya aktivitas tersebut. Saling ketergantungan antara ruang dan kegunaannya adalah elemen penting dalam perencanaan kota.


7.   Penandaan (signase).
Dalam tata informasi dari sudut pandang desain perkotaan, ukuran dan kualitas desain dari papan reklame pribadi diatur untuk menciptakan keserasian, mengurangi dampak   negatif   visual     dan    dalam   waktu   yang   bersamaan   menghapuskan kebingungan serta persaingan dengan rambu-rambu lalulintas dan publik yang memang diperlukan.

8.   Pemeliharaan (preservation).
Dalam perencanaan kota, usaha pemeliharaan ini harus mampu memberikan perlindungan   bagi tempat-tempat dikota dan sekitarnya yang sudah ada (lapangan terbuka, taman, plaza, daerah perbelanjaan, dan sebagainya) selain bangunan dan tempat-tempat bersejarah.

 sumber foto : muslimtravelergirl.blogspot.com

Penutup
Waikabubak sebagai ibu kota kabupaten Sumba Barat – NTT sedang dan terus dalam proses berbenah diri dan agar mampu menciptakan suatu lingkungan urban yang bisa memberikan suasana penuh kenyamanan buat penghuninya. Perencanaan dan perancangan element fisik kota yg baik akan menciptakan kualitas lingkungan perkotaan yang layak sebagai tempat hidup dan beraktifitas yang nyaman buat warganya. Untuk itu diperlukan  sebuah terobosan, kreatifitas dari para pengambil keputusan dalam menerapkan kebijakan pembangunan kota Waikabubak yang lebih agresif. Demikian pula masyarakat harus mengerti dalam menjalankan kewajiban sebagai warga kota yang baik, tidak sekedar menjadi masyarakat kota saja tetapi benar-benar menjadi warga kota (citizen) yang turut menghadirkan kenyamanan lingkungan perkotaan. Partisipasi aktif warga kota Waikabubak diharapkan turut dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawas pembangunan kota sebagai unsur strategis dalam berperan untuk ikut terlibat mengubah dan merumuskan kebijakan publik pengembangan perkotaan. Pemerintah dan masyarakat harus bersatu dan bersinergis dalam mewujudkan Waikabubak yang Livable.


Selamat berbenah Waikabubak.